![]() |
Suasa Pagi dari Nyatyono, Kab. Semarang Jawa Tengah |
Alam ciptaan-Nya sangatlah baik walau setelah mengamuk. Lihatlah, bagaimana gunung meletus, gempa terjadi, tsunami terjadi, banjir terjadi, wabah penyakit terjadi dan sebagainya terjadi. Semuanya pasti ada kebaikan dari alam setelah itu. Sadar tidak? Bencana-bencana itu memang membuat kita lara, berduka, merugi dan apa sajalah. Seakan yang buruk datang bersama-sama.
Ya, bencana itu bagaikan amukan alam pada kita, manusia. Apa pun itu bencanananya. Entah bencana alam atau non-alam. Entah akibat murni dari alam, ulah manusia atau gabungan keduanya. Entah itu tiba-tiba atau perlahan.
Padahal sebelumnya tiada amukan itu. Alam tampak baik-baik saja. Tetap memberikan nikmat-Nya. Di pagi kita disambut matahari yang merekah. Di siang hari dikala mendung kita diberi air hujan. Dari hutan kita diberi isi yang bisa dimanfaatkan. Lalu dari sungai, kebun, danau, laut dan banyak lagi. Dari situ kita mengambil hasilnya tuk dimanfaatkan.
Walaupun kita mengambil dari perut bumi tapi berlebihan. Mengambil apa yang ada di hutan tapi berlebihan. Membuka lahan dengan membuat lautan api tapi bukan tuk membela negara, malah membuat batuk se-bumi. Ya, intinya kita sering menyakiti alam, tapi alam seakan berkata, "Aku ra popo".
Apakah amukan-amukan alam yang ukurannya kecil, sedang atau besar itu luapan hatinya yang tersakiti oleh kita? Atau itu kode buat kita? Atau cara alam menyentil-memukul kita? Sepertinya semuanya itu benar. Alam tersakiti dan gundah. Ia ingin merasa lega kembali dalam nafasnya.
Sekarang kita analogikan pada diri kita. Kita dijahili sekali dua kali, kita tentunya biasa aja dan dianggap senda gurau. Makin sering di jahili dan mulai menyakitkan, kita mulai ada dendam. Lama-lama sangat menyakitkan hingga kita terluka dan merintih kesakitan. Hati berpesan pada otak, otak berpesan pada tubuh tuk bertindak. Akhirnya kita memberontak pada para penjahil hingga kapok. Alam ku rasa juga begitu.
Setelah alam mengamuk, sepertinya ia lega. Walau ia meninggalkan lara pada manusia akibat amukannya, ia memberikan kehidupan baru yang lebih baik setelahnya. Ia memberikan pelajaran dan peringatan bagi kita. Seakan alam itu bertanggung jawab atas amukannya sendiri. Bagaimana? Baik bukan?
Lantas setelah amukan alam pun, kita mulai sadar dan memohon ampun pada pemilik alam dan alam itu sendri. Bagian alam yang rusak, perlahan diperbaiki oleh manusia yang tlah sadar. Inovasi dan solusi manusia bermunculan demi mengurangi luka sang alam.
Lalu aku ingin mengungkapkan oengukapan tulisan di akhir tulisan ini.
"Alam itu hidup. Alam itu bisa mengayomi, bisa tersakiti, bisa memaafkan, alam tau cara bertanggung jawab. Menyatulah dengan alam, jangan membuatnya tambah tersakiti. Jangan membuat ia menyimpan lara, nanti kita yang terkena imbasnya. Begitu pula sebaliknya. Alam akan mendukung kebaikan kita di bumi ini dan alam juga akan menentang keburukan di bumi. Bersahabatlah dengan alam!"
Terakhir pintaku pada diriku dan siapapun jikalau alam sedang tersakiti, berharaplah agar alam segera pulih kembali. Dukung dan bantulah ia pulih. Mohon ampun jugalah pada Sang Pemilik Alam.
Yk, 26 Maret 2020
Oleh Irfan Habibi
Oleh Irfan Habibi
Komentar
Posting Komentar