#SuratKagemJogja


Nol Kilometer Yogyakarta, oleh Muhamad Irfan Habibi


Pertengahan Bulan lalu aku hadir di kota istimewa ini, Kota Jogja. Pukul tujuh malam keretaku tiba di Stasiun Yogyakarta. Aku iseng melewati Malioboro, jalan yang wajib dilewati saat ke Jogja. Namun, terlihat dan terasa lengang dan sepi, padahal saat akhir pekan jalan fenomenal itu ramai pengunjung dari berbagai penjuru dan macet yang menguji kesabaran.

Hari demi hari, pekan demi pekan terus berlalu. Aku mulai merasa ada yang tak biasa dengan kota istimewa ini. Jalanan lengang, kehidupan nyaris tak terlihat, orang yang lalu lalang terlihat buru-buru dan cuek dengan sekitarnya seperti ada yang dikejar. Gang-gang pemukiman pun ditutup. Seakan akan semuanya mencurigai satu sama lain.

Sebuah tanya muncul dibenakku, mengapa aku hadir di saat seperti ini? Kok ada yang ndak biasa ya? Padahal biasanya aku hadir di Kota Jogja selain untuk bertemu keluarga, juga refresing melihat pesta budaya, pameran, ke tempat wisata, atau hanya bersenda gurau bersama teman-temanku di Lembah UGM. Biasanya aku selalu menikmati tiap sudut Jogja dengan hela napas segar dan tenteram di hati. Pagi-pagi aku biasa bersepeda ke UGM hingga Malioboro dan melihat kereta keluar-masuk Stasiun Yogyakarta.

Namun, aku sadar. Kali ini mau ga mau, suka ndak suka, rugi ga rugi ya mau gimana lagi? Pagebluk lagi melanda dunia. Himbauan tuk tidak berkerumun dan larangan beraktifitas di luar rumah terus digalakkan. Sungguh ini membuat berbeda dengan suasana Jogja biasanya. Sepi, seakan sebagian ruhnya melayang.

Jogja kali ini memang terlihat sepi seakan ruhnya sebagai kota budaya, kota pelajar dan julukan lainnya melayang begitu saja dan entah hingga kapan. Namun, langit biru yang selalu menyelimuti seakan memberi napas pada alam termasuk Jogja yang selalu tersenyum menerima tamu-tamunya dari segela penjuru selama ini.

Jogja, kota dengan segala keistimewaannya, aku rindu akan hiruk pikukmu, segera lah pulih! Aku tak sabar melihat apa laagi sajian khasmu yang akan kau manjakan pada pelancong yang hadir di Kota Jogja. Aku siap mendukung dan menyambutmu pulih.

Oleh Muhammad Irfan Habibi

Komentar