Mengenang Satu Tahun




Tertanggal 16 Maret, tepat setahun sudah dunia sebenarnya seorang mahasiswa berpindah pada dunia maya. Berbagai kisah, luka, pelajaran dan sebagainya telah terukir dalam kurun waktu yang cukup panjang. Berbagai rencana dan usaha telah terucap bahkan dilaksanakan. Berharap itu maksimal atau sempurna tidak akan mungkin. Selalu ada masalah.


Berawal dari kabar yang berisi hanya dua pekan saja, situasi ini berlanjut hingga genap setahun dan bahkan akan lebih. Tak ada yang tahu hingga kapan. Tak ada yang bisa memastikannya. Ketika optimis, bayangan pesimis akan selalu menghantui. Mungkin saja optimisme itu lebih kecil dari pada pesimis. Pertanyaan kapan yang dijawab dengan pernyataan harapan menjadi sebuah kabar yang membuat ragu-ragu. Bagaimana tidak? Keputusan akan kembali ke tanah rantau, tidak melepas sewa indekos dan sebagainya menjadi sulit diputuskan. Itu tidak sekali saja terdengar. Berkali-kali.


Mengeluh kesusahan sinyal bagi beberapa orang. Namun, apa jawabnya? "Siapa yang bisa membantu? Berusahalah. Tidak mungkin saya." Sepintas itu baru salah satu jawaban. Berusaha. Setiap orang memiliki caranya tersendiri. Semoga saja ia baik-baik saja dan mendapatkan apa yang ia cari. Pasal pulsa data, ada tapi baru akhir-akhir semester lalu dan belum tampak lagi.


Mengeluh dunia maya itu tak sebanding dengan dunia nyata. Tetapi proses perkuliahan tetap dipatok dengan syarat pembayaran yang sama. Pasal keringanan belum tentu semua dapat. Belum tentu sebanding dengan harapan. Tetapi jika dipikir mungkin saja ada pihak lain yang terdampak jika semua mendapat keringanan dan sesuai harapan.


Mengeluh merasa lebih sulit memahami dibanding ketika secara langsung. Mungkin benar adanya. Tapi lama-lama juga mencari cara agar bisa memahami. Situasi ini mungkin memaksa kita berpikir mencari solusi. Tidak hanya menyuarakan keluhan saja.


Sebelum situasi ini ada, kampus tengah memoles dirinya. Membangun gedung, taman dan sebagainya. Kini telah usai. Tetapi penghuni-penghuninya sebagian besar telah menjauh darinya. Kembali ke tanah kelahirannya atau ke tempat yang membuatnya nyaman selama ini. Namun, potret kemegahan itu akhir-akhir ini bermunculan di media sosial. Entah dari kampus sendiri atau kebetulan ada mahasiswa yang menetap atau sudah kembali di Semarang. Mungkin ini menjadi tanya bagi orang yang belum bisa melihat kemegahan kampusnya sendiri kini.


Lantas bagaimana dengan kegiatan selain perkuliahan di kampus maya ini? Berbagai unggahan kegiatan mahasiswa tampak mampir sekilas di media sosial. Mereka berpikir bagaimana tetap ada karya. Pelaksanaannya? Ya, ada yang secara langsung maupun melalui dunia maya. Mereka mencari sewa tempat untuk membicarakan apa yang akan mereka buat. Mungkin juga hingga melaksanakan dan berlanjut begitu terus. Dunia maya menjadi perantara bagi mereka yang tak bisa bersua dalam forum langsung.  Jadi, sebuah kegiatan belum tentu dari awal hingga akhir direncanakan, dibicarakan, dilaksanakan dan diakhiri dengan daring.


Apa kabar dengan mahasiswanya? Selain seperti tadi, mungkin ia merindu. Atau malah kembali dan lebih setia dengan yang sejak dahulu ia kenal. Mungkin saja ada yang malah kehilangan. Ia sedikit berinteraksi dengan sebayanya secara langsung. Media sosial yang menjadi perantara. Mungkin saja mereka akan dilupakan, melupakan, atau terlupakan. Mungkin saja ia mencari-cari siapa yang bisa menemukannya. Tapi apakah sudah ketemu?


Apakah pernah bertanya-tanya soal raut wajah yang terlihat melalui media selama situasi ini? Apakah ia benar-benar tampak tidak apa-apa dengan senyumnya? Atau ada murung dibalik senyumnya itu? Dua kemungkinan itu ada. Namun, tidak ada yang tahu pasti. Bahasa di media maya ini bisa saja ditulis, hapus, lalu diubah. Belum tentu ditampakkan apa adanya. Mungkin dalam pergaulan dampaknya seperti mengesampingkan yang tidak bisa nimbrung langsung di tempat. Akan terlupakan itu ada. Akan teringat itu sebuah pertanyaan dalam diri.


Setahun sudah situasi ini menyelimuti. Kisah-kisah yang terbayang seakan gugur. Menumbuhkan pucuk-pucuk bunga kembali yang mungkin sulit diciptakan. Rencana yang telah dibuat kala itu mungkin ada yang bisa dilaksanakan. Namun, ada juga yang benar-benar dihapus. Sehingga kisah yang terukir kali ini memiliki konflik yang berbeda dan tak biasa. Entah siapa yang bisa merasakan dan ada masalah seperti ini.

Komentar