
Menyukai lawan jenis itu normal. Tidak salah. Semua
orang yang telah memasuki usia remaja tentu timbul rasa dengan lawan jenis itu.
Iya, masa-masa sekolah pasti kita pernah mempelajari tentang perubahan ketika
pubertas baik fisik maupun perilaku. Salah satunya menyukai lawan jenis bukan?
Namun, ketika ada rasa suka pada lawan jenis ada
saja yang terpikirkan. Seperti “mau ungkapin tapi gimana ya?”; “Jadian atau tidak
ya?”; “Apa dipendam aja ya?”; dan pertanyaan yang ditujukan pada diri sendiri. Mungkin
bisa dikatakan galau. Lalu PDKT alias pendekatan atau ingin deketan, chatingan
dan sebagainya mungkin akan terjadi. Alih-alih mengirim kode. Kode kalau suka
dengannya.
Namun, tiap orang tentu berbeda-beda. Ada yang
bisa langsung menyatakan, ada yang entar-entaran menunggu waktu yang tepat, dan
memilih memendam. Karena pilihan menyatakan, entaran, atau memendam ujungnya
pun mungkin bisa tak beda jauh. Diterima, ditolak, bertepuk setelah tangan, patah
hati. Tapi kalo memendam mungkin tidak ada kata diterima dan ditolak.
Jangan salahkan orang yang memilih entar tunggu waktu
yang tepat dan tak berani mengungkapkan. Apa lagi dengan menghakimi dengan
kalimat “Kalau cinta ya bilang, keburu jadi pacar orang.”
Sebab itu pilihannya.
Lalu bukannya menyukai dia tak harus jadian? Iya,
berharap dengannya ya boleh saja. Mana tahu takdir berkata memang dengannya atau
dengan yang lebih baik. Berteman saja mungkin cukup. Mungkin penyebab suka
dengannya itu karena kita sepemikiran, nyambung pas ngobrol, dan percaya dengannya
untuk bercerita apa saja. Jadi, mungkin kita hanya butuh teman. Bukan atau
belum sampai yang serius.
Menyukai dia yang juga teman itu dilema. Mungkin lebih
baik tidak menyatakan. Menjaga perasaan sepertinya lebih baik. Dari pada patah
hati lalu putus pertemanan. Mungkin saja akan lama menemukan orang yang dipercaya
untuk cerita sepertinya.
Mengungkapkan pun juga tak salah. Sebab dari pada terpikirkan
terus dan mengganggu keseharian. Tapi mungkin di antara kita ada yang merasa
tidak pantas ketika akan mengungkapkan. Nah, mungkin ini poin plusnya untuk
kita. Dia yang kita suka bisa memicu untuk menjadi lebih baik lagi. Tetapi ketika
perlu hati-hati kita berubah ini memang untuk itu. Iya, bisa saja kita sudah berusaha
memperbaiki diri karena dia malah menyesal ketika berujung patah hati.
Jadi, apa pun pilihan untuk mengungkapkan atau tidak
seharusnya tidak menjadi masalah. Jika memang sudah memilih untuk mengungkapkan
atau tidak seharusnya kita sadar juga dampaknya. Jika memang tidak
mengungkapkan dan masih mengganggu mungkin perlu memikirkan kegiatan apa dan merenungi untuk
tidak selalu memikirkannya. Dari pada sudahlah tak tersampaikan dan merugi
dalam keseharian.
Oh ya, mungkin ini juga bisa diterapkan juga dalam
perasaan lainnya. Seperti marah, kesal, dan sebagainya.
Yk, 12 Agustus 2021
* Diingatkan dan sumber ide:
Komentar
Posting Komentar