Mungkin di antara kita ada yang menganggap sahabat
sudah tentu teman tetapi teman belum tentu sahabat. Dari pertemanan
bisa menjadi persahabatan. Dari persahabatan bisa menjadi teman.
Sahabat memang diartikan
teman. Tetapi jika dipikir sahabat itu teman dekat. Mungkin saja kita lebih
terbuka padanya, begitu pula sebaliknya.
Bersama sahabat
mungkin ada rasa kedekatan yang lebih. Mungkin pula ada ikatan batin. Ada
kenyamanan bersamanya walau ada kesal.
Sahabat mungkin
tak perlu pernyataan “dia sahabatku” atau “aku sahabatnya”. Sahabat mungkin
akan selalu ada. Walau mungkin ada kalanya ia tak ada dan kita memaklumi dengan
ber-husnuzon atau berprasangka baik.
Persahabatan mungkin
pula bermula dari pertemanan yang lama-kelamaan ada kedekatan. Entah sebabnya nyaman
bercerita dengannya, sepemikiran, sejalan, dan sebagainya.
Namun,
persahabatan mungkin saja menjadi pertemanan. Pertemanan yang biasa saja sebab
sudah tak sejalan, ada jarak, dan sebagainya. Setidaknya kita dengan yang tak
lagi sahabat masih dianggap teman walau jarang berkomunikasi.
Teman. Ia mungkin
tak ada spesialnya. Biasa saja. Kepada teman mungkin kita akan membatasai apa
yang bisa kita tunjukkan atau sampaikan. Apa adanya. Sekadar saja. Secukupnya.
Teman itu bisa
saja teman baik, musuh, orang yang kita ajak ngobrol di dalam bus, atau siapa
saja. Teman itu bisa dikatakan siapa saja yang ada di sekitar.
Teman bisa
menjadi sahabat yang mempengaruhi kita. Teman ya sekadar teman. Tergantung kita
menganggapnya.
Semarang, 14 Februari
2022
Komentar
Posting Komentar