Sedekah Bumi, Tradisi Tanpa Murung

 

Salah Satu Gunungan pada Karnaval Sedekah Bumi Desa Cepogo, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, Minggu (17/7).


Ketika KKN di Desa Cepogo, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, kebetulan sedang ada serangkaian tradisi Sedekah Bumi. Empat hari empat malam berlangsung. Di awali dengan pentas wayang yang dimainkan oleh para dalang cilik Jepara dan ditutup dengan pentas wayang.

 

Tiap malam pentas seni oleh sekolah-sekolah mau pun kumpulan warga di desa itu. Banyak hal yang mereka pentas kan, mulai dari tarian, silat, permainan musik, dan sebagainya. Minggu (17/7) pagi jalan sehat dan senam sehat. Lalu siangnya karnaval se-Desa Cepogo.

 

Pada karnaval tiap RW atau sekolahan menampilkan berbagai hal. Kebanyakan menunjukkan hasil tani. Karnaval ini keliling desa. Yang tak diduga ternyata desa ini tampaknya masih terjaga alamnya, sawah, kebun, “alas” (hutan) masih tampak di desa ini. Cukup asri.

 

Sedekah bumi juga tak luput dari tradisi inti yang kabarnya itu intinya. “Njoget” atau “Tayuban” orang setempat mengatakan. Tayub merupakan tradisi seorang penari sekaligus penyanyi yang diiringi satu set gamelan menyanyikan tembang. Tayub ini dilakukan di Punden Watu Dakonan, sebuah petilasan yang dikramatkan terletak di tengah hamparan sawah. Punden itu dikelilingi pohon-pohon besar.

 

Kemeriahan sedekah bumi dan uforianya tampaknya benar-benar rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Tampak semua bahagia dan terhibur dalam berbagai rangkaian sedekah bumi. Pada kegiatan ini pula menjadi ajang silaturahmi.

 

Mungkin saja ini pengalaman menarik bagaimana kegiatan di desa itu. Terlibat dan melihat langsung menjadi hal yang juga menarik.

 

Melihat bagaimana kondisi alam desa, hasil desa, dan tradisi tampaknya menjadi sesutu yang menarik jika diceritakan. Mungkin saja tradisi sedekah bumi satu dengan tempat lainnya ada perbedaan. Sehingga bisa jadi memiliki keunikan tersendiri di tiap daerah.

 

Penulis: Muhammad Irfan Habibi

Komentar