Bermula dari Lagu, Melihat Media dalam Pemberitaan Konflik



Banyak yang cinta damai, tapi perang semakin ramai.

Sepenggal kalimat dari Lagu "Perdamaian" Nasida Ria yang menjadi alasan untuk membahas konflik dan menjadi pengingat kenapa aku menulis skripsiku tentang framing media massa terhadap sebuah konflik.

Memang bukan hanya berangkat dari situ, diskusi di ruang kuliah terkait Moderasi Beragama juga memantik kegelisahan ini. Alih-alih media massa memberikan informasi tetapi ada kemungkinan media massa memperkeruh keadaan konflik.

Media massa bisa saja memperkeruh dengan framing yang dilakukannya pada berita-beritanya. Ini bisa dilihat dari bagaimana ideologi, pandangan, keberpihakan, pemilihan angel, pemilihan narasumber, dan sebagainya.

Memang media berprinsip pada independen. Akantetapi bukan menutup kemungkinan media massa berpihak dengan alasannya. Boleh jadi media massa menyajikan kepada publik apa yang disukai atau paling banyak dicari yang tentu bisa memberikan "nilai jual" lebih.

Lantas bagaimana media massa seharusnya? Bagiku bisa menjelaskan mengapa harus mendukung perdamaian antar pihak-pihak yang bertikai, termasuk pada publik.

Dalam jurnalisme ada istilah jurnalisme damai. Jurnalisme damai ialah di mana reporter, editor, dan media membuat laporan yang disajikan kepada khalayak untuk menciptakan kesempatan masyarakat untuk mempertimbangkan dan menilai tanggapan non-kekerasan terhadap konflik.

Jurnalisme damai didasari tekad dan komitmen untuk memilih cara penyelesaian masalah secara damai. Selain itu, media massa menghindari provokasi, mengedepankan empati pada korban, sehingga menyajikan berita yang tak hanya menjelaskan masalah tetapi juga menawarkan solusi.

Pada intinya dalam sebuah konflik media massa bukanlah mempertajam konflik akan tetapi meredam dan mewujudkan rekonsiliasi suatu konflik.

Lantas bagaimana bagi kita penerima informasi media massa?

Sebagai penerima informasi terhadap sebuah isu termasuk konflik kala "tsunami" informasi dari media sosial dan media massa ada baiknya mencerna apa yang kita terima. Melihat sebuah isu dari satu sisi dan terburu-buru membenarkan juga tampaknya kurang baik.

Ada baiknya melihat dari berbagai aspek dan melihat dari sudut pandang.

Dalam konflik jika dilihat tanpa perbandingan pihak-pihak yang bertikai semuanya terkena dampak, kerugian, dan korban.

Boleh jadi konflik terjadi karena pihak-pihak yang terlibat belum mau saling mendengar, hanya memuaskan "ego" belaka. Kesalah pahaman yang memantik pertikaian karena belum mau saling mendengar.

Kekerasan dalam konflik ada baiknya kita bersikap tak membenarkan untuk dalam jangka panjang.

Wahai kau anak manusiaIngin aman dan sentosa
Tapi kau buat senjataBiaya berjuta-juta
Banyak gedung kau dirikanKemudian kau hancurkan
~ Perdamaian - Nasida Ria


Sumber:

https://komunikasi.unhas.ac.id/apa-itu-teori-framing/

https://indonesiabaik.id/infografis/jurnalisme-damai-untuk-rekonsilasi

Komentar